Talk Show Kesehatan: 1000 Hari Pertama Kehidupan, Menuju Indonesia Emas 2045
Sidoarjo, 30 November 2024 – Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai periode emas dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Sidoarjo menggelar Talk Show Kesehatan bertempat di Aula KH Mas Mansyur, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Sidoarjo, RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo, serta mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Antusiasme peserta sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan sepanjang diskusi berlangsung.
Tiga narasumber ahli turut memberikan wawasan mendalam dalam talk show ini:
- dr. M. Hud Suhargono, Sp.OG (K) Obgynsos – membahas pentingnya mempersiapkan ibu dari masa prakehamilan hingga pasca persalinan.
- dr. M. Nafis Qulyuby, Sp.A, M.Kes – menguraikan strategi pencegahan stunting dalam 1000 HPK.
- Lury Novita Yuristianingrum, S.Gz – menjelaskan variasi menu sehat untuk mencegah stunting sejak dini.
Mempersiapkan Ibu dari Pra hingga Pasca Kehamilan
Dalam sesi pertama, dr. M. Hud Suhargono, Sp.OG (K) Obgynsos, menekankan bahwa kesehatan ibu sebelum hamil, saat kehamilan, dan setelah melahirkan memiliki dampak besar terhadap perkembangan anak.
“Kehamilan yang sehat dimulai sejak masa prakonsepsi. Skrining layak hamil menjadi langkah awal yang sangat penting, karena ibu yang sehat sebelum hamil akan lebih siap menjalani kehamilan dengan risiko komplikasi yang lebih rendah,” jelasnya.
Beliau juga menyoroti konsep “Fetal Programming”, yaitu teori bahwa kondisi selama kehamilan dapat memengaruhi kesehatan bayi dalam jangka panjang. Jika ibu mengalami kekurangan nutrisi atau stres selama kehamilan, maka bayi yang dilahirkan berisiko mengalami stunting, gangguan metabolisme, bahkan penyakit tidak menular di usia dewasa.
Menurut data yang dipaparkan dalam sesi ini, prevalensi stunting di Indonesia telah menurun dari 27,7% (2019) menjadi 24,4% (2021), namun angka ini masih tergolong tinggi dibandingkan standar WHO yang mengharuskan angka stunting di bawah 20%. Oleh karena itu, upaya intervensi sejak masa kehamilan sangat diperlukan untuk memastikan bayi lahir dengan berat badan yang cukup (≥2500 gram) dan terhindar dari stunting.
Pencegahan Stunting dalam 1000 HPK
dr. M. Nafis Qulyuby, Sp.A, M.Kes, dalam sesi kedua, menguraikan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai periode emas pertumbuhan anak.
“Perkembangan otak anak mencapai 80% dalam dua tahun pertama kehidupannya. Nutrisi yang buruk pada periode ini dapat menyebabkan gangguan kognitif yang sulit diperbaiki di masa mendatang,” ujarnya.
- Beliau menjelaskan bahwa faktor utama penyebab stunting meliputi:
- Kurangnya asupan nutrisi sejak dalam kandungan.
- Praktik pemberian makanan bayi yang tidak tepat.
- Infeksi berulang akibat sanitasi dan kebersihan yang buruk.
- Kurangnya stimulasi perkembangan anak di usia dini.
Berdasarkan penelitian, anak yang mengalami stunting memiliki IQ yang lebih rendah sekitar 20 poin dibandingkan anak dengan gizi baik. Selain itu, mereka lebih rentan terhadap penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung di masa dewasa.
Menurut dr. Nafis, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan:
- Pemenuhan gizi ibu sejak sebelum hamil hingga menyusui.
- Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
- MPASI bergizi seimbang dengan protein hewani setelah usia enam bulan.
- Pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala di posyandu dan puskesmas.
“MPASI tidak harus mahal, yang penting mengandung protein hewani, lemak sehat, vitamin, dan mineral. Satu butir telur sehari selama enam bulan pertama MPASI terbukti dapat menurunkan angka stunting hingga 47%.” tambahnya.
Variasi Menu Sehat untuk Mencegah Stunting
Lury Novita Yuristianingrum, S.Gz, memberikan panduan tentang menu sehat yang dapat membantu mencegah stunting sejak dini.
Beliau menjelaskan bahwa setelah usia enam bulan, ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, sehingga diperlukan MPASI bergizi tinggi dengan protein hewani dan zat besi.
“Salah satu kesalahan umum adalah memberikan MPASI yang hanya berbasis karbohidrat seperti bubur nasi tanpa tambahan protein hewani. Padahal, nutrisi terbaik untuk pertumbuhan otak dan tubuh bayi berasal dari ikan, daging, telur, dan susu.” jelasnya.
Lury juga menyoroti bahwa stunting tidak hanya terjadi pada anak dari keluarga miskin, tetapi juga akibat pola makan yang tidak tepat. Oleh karena itu, pemahaman tentang pola makan sehat sejak dini harus ditanamkan kepada ibu dan keluarga.
Talk show ini berlangsung dengan khidmat dan interaktif, dengan peserta yang aktif bertanya dan berdiskusimengenai berbagai aspek 1000 HPK. Banyak peserta yang ingin mengetahui cara mendeteksi dini risiko stunting, pentingnya ASI eksklusif, serta bagaimana menyusun menu sehat untuk anak.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya 1000 HPK dalam membentuk generasi unggul. Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, diharapkan Indonesia dapat mencapai target bebas stunting dan mencetak generasi emas 2045 yang sehat, cerdas, dan produktif. (red/UKN)